Pada sabtu sore Rere berjalan menuju toko buku dekat rumahnya, tiba-tiba Rere melihat Elang sedang keluar dari mobilnya, Rere makin merasa penasaran dengan terlihatnya Elang didepan matanya. Elang menuju sebuah Rumah sakit yang tepat terlentak di sebelah toko buku yang ingin di datangi Rere, Entah apa yang di lakukan Elang di sana. Rere pun mengikuti Elang, sampai mereka tiba di salah satu kamar VVIP di rumah sakit tersebut, saat Elang masuk Rere tak mengerti apa yang dilakukan Elang di kamar tersebut dan ada siapa di dalam kamar tersebut.
Akhirnya, Rere menanyai salah satu suster yang lewat di depan kamar tersebut, walaupun ada rasa takut di benaknya, tapi dengan dorongan keingintahuan Rere dia pun memberanikan dirinya.
“ Maaf sus, saya mau tanya di dalam kamar ini apa ada penghuninya ?” tanya Rere gugup
“ iya pasti ada, memangnya ada apa ?”
“ siapa ya sus penghuninya? Laki-laki atau perempuan? Lalu sakit apa ?” tanya Rere panjang
“ Oh, seorang perempuan, dia sakit pendarahan otak !” jawab suster tersebut
“ laki-laki tadi itu, suster kenal ?”
“ sangat kenal dia adalah anaknya Ibu Elia, namanya Elang, memangnya ada apa?”
“ Oh, ngga apa-apa sus!”
“ Apa ada lagi yang mau di tanyakan?”
“ Ngga ada Sus, makasi ya suster!”
Suster tersebut pun pergi meninggalkan Rere dengan senyum. Rere pun tetap mencari tahu sedang apa yang dilakukan Elang di kamar tersebut dengan mengintip di jendela kamar Ruangan tersebut. Tiba-tiba Elang keluar dari kamar tersebut dan membuat kaget Rere.
“ Rere !” sapa Elang kaget
“ Eh, Loe ?” jawab Rere gugup
“ Ngapain loe kesini?” tanya Elang
“ Emm … gue ngga, ngga ngapa-ngapain, beneran!”
“ Bohong!” bentak Elang
“ Maaf !” jawab Rere sambil menundukkan kepala
“ Kenapa si Re, Loe mau tau apa si tentang gue ?” tanya Elang penasaran
“ Tadi gue ngga sengaja liat loe masuk ke Rumah sakit dan gue ikutin loe!” jawab Rere gugup
“ Itu nyokap gue, dia koma karna pendarahan otak sampai saat ini belum sadar!” jelas Elang dengan tenang
Tiba-tiba Elang meneteskan air mata saat menceritakan hal tersebut, Rere pun tersentak begitu melihat tatapan Elang yang seakan-akan kecewa dengan dirinya sendiri.
“ loe ngga apa-apa kan lang?” tanya Rere pelan sambil menyodorkan selembar tissue
Elang menjawab dan menunduk sejenak untuk mengusap air matanya. Ketika berbicara kembali, suaranya benar-benar bergetar.
“ Waktu itu, gue nolak anter dia ke bank dengan alasan gue mau ngedate sama cewek yang gue taksir sejak SMP. Gue sama sekali ngga kepikiran nyokap dan tanpa pikir panjang gue nolak permintaan dia gitu aja, saat gue sampai di caffe tempat gue mau ngedate, gue dapet telepon dari Rumah sakit kalo nyokap gue di tabrak mobil dan mobil itu kabur. Saat gue sampai di rumah sakit dia udah dalam keadaan koma dan di vonis terkena pendarahan otak” Elang pun menundukkan kepalanya. “ Dia sakit gara-gara gue Re. Gue dosa … gue durhaka sama dia Re !” air mata pun jatuh dari mata laki-laki yang pendiam dan sangat terlihat kuat itu.
Rere terperangah tak percaya, saat melihat orang yang terlihat tak punya masalah ini menangis dan menyalahi dirinya sendiri.
“ Lang,” berbisik pelan. “ Itu udah terjadi dan bukan salah loe sepenuhnya, loe ngga buat dia sakit Lang, itu takdir dan pada saat itu pun loe ngga sama dia dan bukan loe yang salah.”
“ tapi Re, kalo saat itu gue anter dia ke bank dan ngga ngebiarin dia pergi sendirian pasti saat ini gue masih ada di Jerman dan hidup bahagia sama dia, tapi apa? Gue lebih milih cewek yang belum tentu sayangnya lebih dari mama gue! Gue yang salah Re!”
Rere kaget sekaligus bingung karna Elang mendadak berbeda dan terus-menerus menyalahi dirinya sendiri.”
“ Lang, Cukup! Ini bukan waktu loe untuk menyalahi diri loe, mama loe masih bisa sembuh lang, asalkan loe berdoa dan terus jaga dia, hapus air mata loe ya lang?”
“ Maaf.” Sambil mengusap semua air matanya. “ Tolong jangan kasih tau ini kepada siapa pun, gue percaya loe. Gue mau pulang!”
Pembicaraan mereka pun berakhir, Sekarang Rere mengerti mengapa Elang bersikap dingin dengan siapa pun, itu karena dia merasa bersalah terhadap mamanya dan hal itu yang membuat dia di jauhi oleh anggota keluarganya sehingga membuat dia tak pantas untuk memiliki orang untuk berbagi sebelum dosanya termaafkan yaitu mamanya bisa sembuh dan seperti dulu.
***
Pagi ini tak seperti pagi-pagi biasanya Rere masuk 10 menit lebih awal dari jam masuk sekolah. Rere menuju kelas dengan membawa majalah favoritnya. Akan tetapi, tiba-tiba Rere di kejutkan dengan satu buah foto dengan ukuran cukup besar di Mading sekolahnya, Rere tersentak seketika, dia terdiam dan bingung ingin berkata apa. Tiba-tiba Rere di gandeng secara kasar oleh seorang cewe dan itu adalah Alea.
Alea adalah cewe yang terkenal popular dan cantik di SMA Graha Bhakti, dia anak seorang pengusaha terkenal dan kaya di Jakarta bahkan ayahnya memiliki saham yang cukup besar di SMA Graha Bhakti, akan tetapi dia hanya berteman dengan orang-orang yang menurutnya selevel dengannya, dan hal itulah yang membuat Rere enggan berdekatan dengan Alea, karena menurutnya Alea terlalu memilih dan tidak tulus.
Mereka pun berhenti tepat di depan toilet wanita,
“ Loe apa-apaan si Ea, sakit tau ngga ?” tanya Rere
“ Gue ngga suka sama tingkah laku loe, kecentilan tau ngga ?” jawab Alea dengan nada tinggi
“ Kecentilan ?? apa maksud loe ?”
“ Loe ngapain deket-deket Elang ? kalo ngga kecentilan namanya !” tegas Alea
“ hahahaha… Loe suka sama Elang ?” tanyanya sambil tertawa
“ Kok loe ketawa ? bukan urusan loe !” tanya Alea aneh
“ Ngga apa-apa aneh aja, gue ngga ada hubungan apa-apa sama Elang dan gue ngga suka sama Elang jadi Loe santai aja dan ngga usah peke bentak-bentak gue! Oke ?” jelas Rere
“ Terus di foto itu ? maksudnya apa ?” tanya Alea
“ Gue ngga sengaja ketemu dia dan gue ajak ngobrol, ngga ada yang spesial dan penting kok, sekarang gue mau masuk kelas !” jelas Rere sambil meninggalkan Alea
Tiba-tiba Rere kembali menghampiri Alea,
“ Satu lagi, gue ngga tau siapa yang foto nempel foto gue sama Elang di mading!”
Rere pun pergi meninggalkan Alea dan menuju kelasnya, empat jam berlalu begitu saja dengan diisi pelajaran-pelajaran yang membosankan hati dan pikiran Rere, jam istirahat pun tiba, Rere bangkit berdiri untuk segera meninggalkan kelas dan menuju kantin. Tiba- tiba Elang datang ke kelas Rere untuk bertemu Rere dan membicarakan sesuatu kepadanya.
“ Re, sini ! gue mau ngomong sama loe !” panggil Elang
“ Cie … Rere … cie …” terdengar suara yang ramai di dalam kelas tersebut
“ Mau ngapain si ?” tanya Rere sambil menghampiri Elang dengan wajah yang merah karena malu
“ Kangen sama loe ! hahaha … ya ngga lah, gue mau bicara penting, pulang sekolah kita ketemu di parkiran, kita pulang bareng, oke ?” Jelas Elang tanpa menunggu persetujuan dari Rere dan dia pun langsung meninggalkan Rere sendiri di depan kelasnya.
Selama pelajaran berlangsung Rere tidak berhenti berfikir, dia bertanya-tanya dalam hati, Elang mau ngomong apa ya ? kok penting? Ada apa ya?. Bel pulang pun berbunyi kencang, Rere membereskan buku-bukunya dan langsung menuju parkiran, tanpa pamit dengan Nafa, sahabat sekaligus teman sebangkunya.
“ Rere …” sapa Elang “ ayo naik !” ajak Elang
“ mau kemana ?” tanya Rere bingung
“ ngga usah banyak tanya deh, ayo cepet !” ajak Elang dengan nada tinggi
“iya … iya … !” turut Rere
Mereka pun berjalan menaiki motor matic milik Elang lengkap dengan helm dan jaketnya, dan mereka pun berhenti di Rumah sakit dimana Rere dan Elang bicara serius pertama kali.
“ Ngapain kita kesini ?” tanya Rere
“ Banyak tanya !” di gandengnya Rere menuju kamar rawat dengan papan bertuliskan VVIP-019 di pintunya, mereka pun masuk dan duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.
“ Ini nyokap loe kan, ngapain kita kesini ?” tanya Rere
“ Re, gue_” tiba-tiba Elang berhenti bicara dan berdiri di sebelah mamanya
“ Kenapa lang ?” tanya Rere lagi
“ Gue sayang sama loe Re !” jelas Elang
Rere bingung, tiba-tiba mulutnya tidak bisa bicara, kakinya gemetar, dia merassa kalau ini bukanlah Elang, Rere pun segera membantah perkataan Elang dengan tawanya
“ Hahahahaha … apa si loe lang, becandanya ngga lucu tau ?”
“ Re, gue serius !” jelas Elang
Suasana pun mulai berbeda, Elang menatap Rere dengan penuh kasih begitu pun Rere, dengan wajah yang malu-malu Rere berusaha untuk menatap Elang.
“ Gue serius Re, gue sayang loe !” sambil menghampiri Rere dan memegang kedua tangannya, mereka pun saling berhadapan.
“ Kenapa ?” tanya Rere gugup
“ Loe inget temen kecil loe ?” tanya Elang
“ Siapa ?”
“ Elang Xaverus Ardiansyah. Loe kenal kan ?” tanya Elang dengan perasaan penuh harap
“ Kenal , ada apa dengan dia ? dan apa hubungannya dengan omongan loe ini ?
“ Itu gue Re, gue Elang Xaverus Ardiansyah!”
“ Bohong … loe bohong sama gue, loe bukan Elang temen kecil gue ! iya kan lang ?” bantah Rere sambil meneteskan air matanya
“ Ini gue Re, temen kecil loe 10 tahun lalu, percaya gue Re?”
“ Kalo loe bener temen kecil gue, siapa nama lengkap gue beserta nama belakang gue dan apa yang pernah kita lakuin terakhir kali sebelum Elang temen kecil gue pergi ke Jerman ?” tanya Rere
“ Alfare Queenetta Putri Fahrezi, Ya kan ?Sebelum gue berangkat ke Jerman kita pergi ke taman belakang rumah loe kan, dan waktu itu loe bilang kalo loe sayang sama gue, tapi ngga gue bales dan loe marah sama gue, dan gue bilang ke loe “kita masih kecil Al, tapi nanti kalau aku udah besar dan mengerti apa itu sayang pasti aku kembali dari Jerman untuk ketemu kamu dan bilang sayang sama kamu”. Loe percaya kan Re ? gue El temen kecil loe yang item, nyebelin, tapi slalu ngejaga loe kapan pun dan dimana pun, Gue El, loe percaya gue kan?” jelas Elang dengan perasaan penuh harapan
“ Loe El ? Loe inget semua yang kita omongin 10 tahun yang lalu?” tanya Rere sambil meneteskan air matanya
“ Ia, Al gue Elang temen kecil loe!”
Tiba-tiba Rere memeluk Elang dengan erat dan menagis di pelukan Elang. Rere dan Elang memang berteman sejak umur 3 tahun akan tetapi di umur 7 tahun Elang harus pindah ke Jerman karena ayahnya di tugaskan disana. Rere sangat amat sedih karena Elang adalah teman laki-laki pertama yang selalu peduli kepadanya dan menyayangi dia apa adanya.
“ Gue sayang loe El, gue kangen loe, Loe kemana selama ini ? loe bilang Cuma sebentar? Kenapa 10 tahun? Dan kenapa loe ga bilang dari awal ?” tanya Rere
“ Ia Al, maaf, maaf karena gue baru ngasih tau loe sekarang, itu semua karena waktunya belum memungkinkan Al, sekarang mama dan lebih baik dari sebelumnya dan ini waktunya gue bilang kalo gue adalah Elang teman kecil loe yang sangat sayang sama loe dan menjaga loe dalam keadaan apapun!” jelasnya
“ Jangan tinggalin gue lagi El, walaupun hanya satu jam saja, tolong jangan biarkan gue sendiri lagi !”
“ Ia, loe juga ia!” sambil mencium kening Rere,
#BERSAMBUNG#